05 Mei, 2009

Audit Kehidupan


Rangkaian kejadian dan peristiwa telah meluncur bersama anak panah sang waktu selama empat puluh tahun. Ada keinginan untuk sejenak mengkalkulasi transaksi kehidupan yang berlangsung selama periode tersebut. Tapi reposting terhadapnya ternyata demikian acak sehingga saya tidak bisa lagi menemukan adanya bukti-bukti, kode transaksi dan penanggalan yang akuntabel. Saya bahkan tak lagi dapat menangkap secara jelas di mana peran Rakib dan Atik dalam debet kredit investment statement tersebut. Periode empat puluh tahun ternyata berisi ribuan transaksi yang tidak tercatat namun terekam dalam jejak rekam memori jurnal berbentuk dejavu.


Ya. Audit akuntansi empat puluh tahun kehidupan tersebut gagal memberikan report yang terperinci dalam timbangan equilibrium. Dia berhenti dan lebih banyak berkutat pada cermin awal periode kelahiran yang dimulai dengan setoran awal langsung dari Allah SWT sebagai pemilik saham mutlak. Bahwa kemudian distribusi pengelolaan manajemen secara riil ditangani ayahanda dan ibunda tercinta dalam bentuk installing soft ware, tapi tak terbantahkan bahwa investasi awal dari Sang Pencipta berupa hard ware instrument organ tubuh yang balance, pancaidera yang lengkap, elektrikal dan mekanikal yang fungsional dan infrastruktur penopang yang kokoh; tetaplah menjadi sumber utama beroperasinya organisasi hidup yang demikian lengkap namun kompleks.
Kini, auditing empat puluh tahun itu telah menyimpulkan pencatatan yang amburadul, transaksi yang simpang siur, pengelolaan yang inefisien, rugi laba yang jauh dari profitabilitas, neraca yang tidak balance, investasi yang tidak tepat sasaran, ekspansi yang tidak perlu, likwiditas yang buruk serta utang yang menumpuk.
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Besar masih memberi ruang dan waktu yang tersisa entah berapa periode ke depan. Itulah satu-satunya harapan kenapa audit ini belum berkesimpulan pailit atau bangkrut. Rekonstruksi dan reorganisasi harus disegerakan.

Puji syukur atas segala anugerah wahai Rabb Yang Maha Pengasih. Tunjukilah kami jalan yang lurus.

Tidak ada komentar: